Plasenta Previa: Askep, Gejala, Dan Penanganan

by Admin 47 views
Plasenta Previa: Askep, Gejala, dan Penanganan

Plasenta previa adalah kondisi kehamilan di mana plasenta menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Kondisi ini bisa menimbulkan perdarahan hebat selama kehamilan atau persalinan, sehingga memerlukan penanganan yang tepat. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam mengenai askep plasenta previa, gejala yang perlu diwaspadai, serta penanganan medis yang biasanya dilakukan. Yuk, simak baik-baik!

Apa Itu Plasenta Previa?

Sebelum membahas lebih jauh tentang askep plasenta previa, penting untuk memahami dulu apa itu plasenta previa itu sendiri. Plasenta, atau yang biasa disebut ari-ari, adalah organ vital yang menyediakan nutrisi dan oksigen bagi janin selama kehamilan. Normalnya, plasenta terletak di bagian atas rahim dan menjauh dari jalan lahir. Namun, pada kasus plasenta previa, plasenta justru berada di bagian bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh pembukaan serviks.

Ada beberapa jenis plasenta previa yang perlu kamu ketahui, guys:

  • Plasenta Previa Totalis: Plasenta sepenuhnya menutupi ostium uteri internum (OUI) atau pembukaan serviks.
  • Plasenta Previa Parsialis: Plasenta menutupi sebagian OUI.
  • Plasenta Previa Marginalis: Tepi plasenta berada sangat dekat dengan OUI, tetapi tidak menutupinya.
  • Plasenta Letak Rendah: Plasenta berada di bagian bawah rahim, tetapi jaraknya masih lebih dari 2 cm dari OUI.

Plasenta previa bisa menjadi masalah serius karena dapat menyebabkan perdarahan tanpa rasa sakit, terutama pada trimester ketiga kehamilan. Perdarahan ini bisa ringan hingga berat dan berpotensi membahayakan ibu dan janin. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk mendapatkan pemeriksaan rutin dan segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami perdarahan.

Penyebab dan Faktor Risiko Plasenta Previa

Sayangnya, penyebab pasti plasenta previa seringkali tidak diketahui. Namun, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi ini. Beberapa faktor risiko tersebut antara lain:

  • Usia Ibu: Ibu hamil yang berusia di atas 35 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami plasenta previa.
  • Riwayat Kehamilan: Ibu yang pernah mengalami plasenta previa pada kehamilan sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalaminya lagi.
  • Riwayat Operasi Caesar: Operasi caesar dapat meningkatkan risiko plasenta previa pada kehamilan berikutnya.
  • Kehamilan Ganda: Hamil bayi kembar atau lebih meningkatkan risiko plasenta previa.
  • Merokok: Ibu hamil yang merokok memiliki risiko lebih tinggi mengalami plasenta previa.
  • Riwayat Kuret: Kuretase atau prosedur pembersihan rahim juga dapat meningkatkan risiko plasenta previa.
  • Kelainan Bentuk Rahim: Beberapa kelainan bentuk rahim dapat meningkatkan risiko plasenta previa.

Memahami faktor-faktor risiko ini penting agar ibu hamil dan tenaga medis dapat lebih waspada dan melakukan langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.

Gejala Plasenta Previa yang Harus Diwaspadai

Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan vagina tanpa rasa sakit, biasanya terjadi pada trimester ketiga kehamilan. Perdarahan ini bisa bervariasi, mulai dari ringan hingga berat, dan bisa terjadi secara tiba-tiba. Beberapa ibu hamil mungkin mengalami perdarahan hanya sekali, sementara yang lain mungkin mengalami perdarahan berulang.

Selain perdarahan, beberapa gejala lain yang mungkin menyertai plasenta previa antara lain:

  • Kontraksi: Beberapa ibu hamil mungkin mengalami kontraksi ringan atau sering.
  • Posisi Bayi Tidak Normal: Karena plasenta menghalangi jalan lahir, posisi bayi mungkin tidak normal, seperti sungsang atau melintang.
  • Nyeri Punggung: Beberapa ibu hamil mungkin mengalami nyeri punggung yang terus-menerus.

Jika kamu mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter atau bidan. Jangan tunda, karena penanganan yang cepat dan tepat dapat mencegah komplikasi yang lebih serius.

Diagnosis Plasenta Previa

Untuk mendiagnosis plasenta previa, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tekanan darah, denyut jantung, dan pemeriksaan perut untuk menentukan posisi bayi. Sementara itu, pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan adalah USG (ultrasonografi).

USG dapat dilakukan melalui perut (USG transabdominal) atau melalui vagina (USG transvaginal). USG transvaginal biasanya lebih akurat dalam mendeteksi plasenta previa, terutama pada kasus plasenta previa parsialis atau marginalis. Selain USG, dokter mungkin juga melakukan pemeriksaan MRI (magnetic resonance imaging) jika diperlukan informasi lebih lanjut.

Setelah diagnosis plasenta previa ditegakkan, dokter akan menentukan rencana penanganan yang sesuai dengan kondisi ibu dan janin.

Askep Plasenta Previa: Peran Penting Perawat

Asuhan keperawatan (askep) memegang peranan penting dalam penanganan plasenta previa. Perawat tidak hanya memberikan perawatan fisik, tetapi juga memberikan dukungan emosional dan informasi yang dibutuhkan oleh ibu hamil dan keluarganya. Berikut adalah beberapa aspek penting dalam askep plasenta previa:

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dalam askep plasenta previa. Perawat perlu mengumpulkan informasi lengkap mengenai riwayat kesehatan ibu, riwayat kehamilan, gejala yang dialami, serta hasil pemeriksaan fisik dan penunjang. Beberapa hal yang perlu dikaji antara lain:

  • Riwayat Perdarahan: Kapan perdarahan pertama kali terjadi? Berapa banyak darah yang keluar? Apakah perdarahan disertai rasa sakit atau kontraksi?
  • Tanda-Tanda Vital: Tekanan darah, denyut jantung, suhu tubuh, dan pernapasan ibu.
  • Kondisi Janin: Denyut jantung janin, gerakan janin, dan perkiraan berat badan janin.
  • Status Psikologis: Tingkat kecemasan, ketakutan, dan pemahaman ibu mengenai kondisi yang dialaminya.

2. Diagnosa Keperawatan

Setelah melakukan pengkajian, perawat akan merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi ibu hamil. Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus plasenta previa antara lain:

  • Risiko Perdarahan: Berhubungan dengan plasenta previa dan potensi ruptur pembuluh darah.
  • Kecemasan: Berhubungan dengan ketidakpastian kondisi kehamilan dan potensi komplikasi.
  • Kurang Pengetahuan: Berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai plasenta previa, penanganan, dan perawatan diri.
  • Gangguan Pola Tidur: Berhubungan dengan kecemasan dan ketidaknyamanan akibat perdarahan atau kontraksi.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan perawat untuk mengatasi masalah yang dihadapi ibu hamil berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan. Beberapa intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada kasus plasenta previa antara lain:

  • Memantau Perdarahan: Perawat secara rutin memantau jumlah perdarahan, warna darah, dan tanda-tanda vital ibu. Jika terjadi perdarahan yang signifikan, perawat segera memberitahu dokter.
  • Memantau Kondisi Janin: Perawat memantau denyut jantung janin secara berkala untuk memastikan janin dalam kondisi baik. Jika ada tanda-tanda gawat janin, perawat segera memberitahu dokter.
  • Memberikan Edukasi: Perawat memberikan edukasi kepada ibu hamil mengenai plasenta previa, penanganan, perawatan diri, dan tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai.
  • Mengurangi Kecemasan: Perawat memberikan dukungan emosional, mendengarkan keluhan ibu, dan memberikan informasi yang jelas dan akurat untuk mengurangi kecemasan.
  • Meningkatkan Istirahat: Perawat menganjurkan ibu hamil untuk beristirahat yang cukup dan menghindari aktivitas yang berat.
  • Kolaborasi dengan Tim Medis: Perawat berkolaborasi dengan dokter dan tim medis lainnya dalam memberikan penanganan yang komprehensif.

4. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas intervensi keperawatan yang telah dilakukan. Perawat mengevaluasi apakah perdarahan terkontrol, kecemasan berkurang, pengetahuan ibu meningkat, dan kondisi janin stabil. Jika intervensi belum efektif, perawat perlu melakukan modifikasi atau mencari alternatif lain.

Penanganan Medis Plasenta Previa

Penanganan medis plasenta previa tergantung pada beberapa faktor, seperti usia kehamilan, jumlah perdarahan, kondisi ibu dan janin, serta jenis plasenta previa. Secara umum, penanganan plasenta previa meliputi:

  • Observasi dan Tirah Baring: Jika perdarahan ringan dan usia kehamilan belum cukup bulan, dokter mungkin akan menyarankan observasi di rumah sakit dan tirah baring total. Tujuannya adalah untuk mencegah perdarahan lebih lanjut dan memberikan kesempatan bagi janin untuk tumbuh dan berkembang.
  • Pemberian Obat-obatan: Dokter mungkin memberikan obat-obatan untuk menghentikan kontraksi (tokolitik) dan mempercepat pematangan paru-paru janin (kortikosteroid) jika usia kehamilan belum cukup bulan.
  • Transfusi Darah: Jika perdarahan berat, dokter mungkin akan melakukan transfusi darah untuk mengganti darah yang hilang.
  • Operasi Caesar: Jika perdarahan tidak terkontrol, usia kehamilan sudah cukup bulan, atau ada tanda-tanda gawat janin, dokter akan melakukan operasi caesar untuk menyelamatkan ibu dan janin.

Komplikasi Plasenta Previa

Plasenta previa dapat menyebabkan berbagai komplikasi, baik bagi ibu maupun janin. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi antara lain:

  • Perdarahan Hebat: Perdarahan hebat dapat menyebabkan syok hemoragik pada ibu dan mengancam nyawa.
  • Kelahiran Prematur: Plasenta previa seringkali menyebabkan kelahiran prematur, karena dokter mungkin perlu melakukan operasi caesar lebih awal untuk menyelamatkan ibu dan janin.
  • Gawat Janin: Perdarahan hebat dapat mengurangi pasokan oksigen ke janin dan menyebabkan gawat janin.
  • Plasenta Akreta: Pada beberapa kasus, plasenta previa dapat menyebabkan plasenta akreta, yaitu kondisi di mana plasenta menempel terlalu kuat pada dinding rahim.
  • Kematian Ibu dan Janin: Pada kasus yang jarang terjadi, plasenta previa dapat menyebabkan kematian ibu dan janin.

Pencegahan Plasenta Previa

Sayangnya, tidak ada cara pasti untuk mencegah plasenta previa. Namun, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya kondisi ini, antara lain:

  • Hindari Merokok: Merokok dapat meningkatkan risiko plasenta previa, jadi sebaiknya hindari merokok selama kehamilan.
  • Konsultasi dengan Dokter: Jika kamu memiliki faktor risiko plasenta previa, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
  • Pemeriksaan Kehamilan Rutin: Lakukan pemeriksaan kehamilan rutin untuk memantau kondisi kehamilan dan mendeteksi dini jika ada masalah.

Kesimpulan

Plasenta previa adalah kondisi kehamilan yang serius dan memerlukan penanganan yang tepat. Dengan memahami gejala, penyebab, dan penanganan plasenta previa, diharapkan ibu hamil dan tenaga medis dapat lebih waspada dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah komplikasi yang serius. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau bidan jika kamu memiliki pertanyaan atau kekhawatiran mengenai plasenta previa. Semoga artikel ini bermanfaat, ya!